Sabtu, 08 Oktober 2016

Macam-Macam Genre Pada Fiksi

Pada artikel sebelumnya sudah dibahas secara singkat mengenai definisi Fiksi dan NonFiksi, serta perbedaan dan kaitan antara keduanya.




Fiksi memang merupakan karya fiktif yang isinya tidak nyata terjadi. Tapi dalam hakikat kehidupan manusia, inti cerita pada fiksi bisa saja terjadi.

Sebagai karya imajinatif, fiksi juga mampu memberikan kesan informatif. Meskipun pada metode pembuatannya tetap menggunakan khayalan si pembuat.

Beberapa karya fiksi yang mengangkat tema tentang permasalahan manusia dan kemanusiaan contohnya. Kesan fiktif pasti akan terasa begitu nyata.

Selain itu, beberapa karya fiksi juga ada yang mengangkat tentang ilmu pengetahuan sebagai temanya.

Tema-tema seperti itu biasanya akan menjadi karya fiksi yang paling banyak dibahas dan diulas para pegiat sastra. Dan mampu bertahan lama menjadi karya yang tetap diminati.

Namun, beberapa tema fiksi yang lain juga tetap memiliki penggemarnya masing-masing.

Tema-tema yang diangkat oleh pembuat fiksi kemudian menentukan fiksi tersebut akan menjadi golongan pada genre tertentu.

“Genre pada fiksi hanya ditentukan pada fiksi naratif saja. Yaitu fiksi yang tergolong dalam jenis karya yang menguraikan kisah, cerita, atau kejadian tertentu dengan penulisan”.

Dengan penggolongan genre, penulis, penerbit dan penjual buku fiksi akan mudah menentukan pasarnya. Dan pembaca juga tidak sulit menemukan genre fiksi yang diminatinya.

Umumnya, genre merupakan pembatasan istilah dalam bidang seni dan budaya. Seperti yang diketahui pada musik, film, tarian, dan lainnya. Masing- masing tersebut memiliki genre secara khusus.

Secara khusus juga, beberapa genre ditentukan untuk karya fiksi. Adapun genre-genre tersebut diantaranya:

1. Historical Fiction
Genre ini merupakan cerita yang mengulas tentang kejadian yang sudah terjadi (lampau), atau tentang sejarah. Untuk dapat membuat karya dengan genre ini dibutuhkan pengamatan sebelumnya, dan data-data yang mendukung.

Cerita yang dipaparkan harus sesuai dengan faktanya. Jika tidak karya tersebut bisa mempengaruhi paradigma pembacanya terhadap sejarah tersebut.

Jenis karya fiksi yang sering bergenre seperti ini adalah Novel. Seperti contoh: Pulang (karya Leila S. Chudori), Arus Balik (karya Pramoedya Ananta Toer).

2. Science Fiction
Ini adalah bentuk fiksi spekulatif yang terutama membahas tentang pengaruh sains dan teknologi yang diimajinasikan terhadap masyarakat dan para individual.

Genre fiksi seperti ini, fakta ilmu pengetahuan adalah yang menjadi dasar penulisannya. Pada beberapa karya bahkan membahas konsep teknologi dan sains ilmiah yang belum tentu ada di dunia nyata.

Penulis harus menguraikan cerita berdasarkan konsep teknologi. Jelas bukan hal mudah mencipta karya bergenre seperti ini.

Beberapa karya yang pernah ada membahas tentang dunia galaksi (ruang angkasa), dimensi waktu, dan teknologi-teknologi mutakhir lainnya.

Contoh karya yang masuk dalam genre ini adalah: Hujan (karya Tere Liye), Jatuh ke Matahari (karya Djokolelono), Supernova (karya Dewi Lestari).

3. Bioghraphical Fiction
Genre ini menggunakan fakta biografis sebagai dasar penulisannya. Fiksi seperti ini dapat berupa biografi murni dan juga otobiografi.

Bioghraphical Fiction ini sebenarnya genre pada fiksi, yang seringkali terlihat hampir tidak ada batasannya dengan karya Non Fiksi.

Itu karena karya-karya dengan genre seperti ini mengulas hampir 100% kenyataan yang sebenar-benarnya. Atau kurang dari 50% adalah imajinasi sang penulis.

Namun kenyataannya karya-karya yang tetap dibuat dengan meletakkan unsur imajinatif seperti itu. Akan tetap digolongkan dalam genre ini.

Contoh karya yang bergenre ini adalah: Peci Miring (karya Aguk Irawan MN), TAN (karya Hendri Teja).

4. Horror
Karya dengan genre ini lebih mengedepankan kesan ngeri dan perasaan takut. Cerita dan plotnya dirangkai sedemikian rupa untuk memunculkan kesan seperti itu.

Horror bukan hanya terbatas pada karya-karya yang menceritakan sosok mistis (hantu) saja dalam ceritanya. Tapi juga pada kisah-kisah pembunuhan berantai, penyiksaan, sosok monster/alien/zombie, dan yang lainnya yang mampu memunculkan rasa ngeri.

Dan karya-karya yang memunculkan sosok mistis (hantu) belum tentu dikategorikan dalam genre horror.

Pada initinya, karya yang dapat dikategorikan sebagai cerita horror hanyalah yang mampu memunculkan kesan “ngeri” dan “teror” pada pembaca/penonton.

Contoh karya yang masuk dalam kategori genre ini adalah: It (karya Stephen King), The Metamorphosis (karya Franz Kafka), Misteri Patung Garam (karya Ruwi Meita)

5. Fantasi
Genre ini adalah genre yang unsur ceritanya terkadang hampir berdekatan dengan unsur pada genre horror. Hanya saja genre fantasi bukan mengedepankan kesan ngeri atau pun teror.

Fantasi adalah genre yang memiliki unsur magis dan supernatural, berkecimpung dalam dunia yang kelihatannya serba surealis namun sebenarnya sangat logis.

Fantasi adalah sebuah bentuk manifestasi kreatifitas tingkat tinggi yang menuntut imajinasi bebas sebebasnya, namun juga tetap logis dan rasional.

Di Indonesia, para pecinta karya fiksi bergenre ini terbilang sangat banyak. Mereka membentuk komunitas grup di sosial media Facebook dan Twitter. Dan juga sebuah blog khusus: portalpnfi.blogspot.com





Contoh karya pada genre ini adalah: Winterflame (karya Fachrul R.U.N), Sang Penantang Takdir (karya Ardani Persada), Harry Potter (karya J.K Rowling).

6. Romance
Ini adalah genre yang isinya paling banyak mengangkat tentang permasalahan hidup manusia sehari-hari. Unsur keseharian itu belakangan ini disebut Slice of Life.

Bisa dibilang fiksi genre ini merupakan golongan genre yang paling banyak pembacanya. Jalan cerita yang tidak rumit serta akhir cerita yang selalu bahagia, membuat banyak orang terutama perempuan selalu mencarinya.

Contoh bagian tentang kehidupan yang selalu dapat dirasakan setiap orang adalah jatuh cinta, patah hati, bertemu cinta sejati, dan semuanya tentang cinta. Maka jelas perempuan adalah penggemar utamanya.

Jenis karyanya pun beragam, seperti: chicklit, teenlit, novel, puisi, cerpen, dan lainnya.

Ciri yang paling khas dari genre ini ialah dimana diksi-diksi yang tertulis di dalamnya terbaca begitu puitis dan romantis sehingga mampu menciptakan suasana heart – warming yang mengakibatkan pembacanya dapat menikmati keindahannya.

Dapat disimpulkan, sebagaimana tujuan dari sebuah fiksi adalah bahan hiburan. Maka, genre ini adalah yang paling memenuhi hasrat hiburan itu.

Contoh karya yang masuk dalam kategori genre ini adalah: Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (karya Buya Hamka), Ayat-Ayat Cinta (karya Habiburrahman El Shirazy), Galaksi Kinanti (karya Tasaro GK)

7. Fanfiction
Jika diartikan, fanfiction adalah fiksi penggemar. Maknanya adalah karya yang dibuat seorang penggemar yang bertemakan tentang sesuatu yang sudah ada.

Seperti misalnya Grup Musik, Film, komik, novel, selebriti atau apapun yang masih menggunakan dunia, konsep, karakter dan beberapa aspek cerita aslinya. 

Kesimpulannya, genre ini merupakan karya yang dibuat berdasarkan kisah, karakter, atau latar yang sudah ada.

Maka karya yang dibuat dengan genre ini bisa dianggap meniru karya aslinya. Perbedaannya hanya pada plotnya yang merupakan hasil imajinasi pembuatnya (penggemar).

Agar tidak dianggap melakukan pelanggaran hak cipta, maka para pembuat fanfiction akan mencantumkan kategori “fanfiction” dalam tulisannya dan memberikan disclaimer (semacam pengakuan hak cipta) untuk pencipta aslinya.

Terkadang sejumlah fanfiction menyertakan penulisnya atau nama orang lain sebagai karakter cerita (sering disebut OC atau Original Caracter). Namun, ada pula yang tidak.

Beberapa contoh karya fanfiction adalah: How Can You Forget it (karya HyeKim), Oppa & I: Love Missions (karya Orizuka & Lia Indra Andriana), Then I Hate You So (karya Andry Setiawan).

8. Humor
Genre fiksi ini adalah fiksi yang mengutamakan tujuan menghibur selanjutnya. Unsur komedi dan parodi lebih ditekankan pada genre ini.

Imajinasi penulis harus mampu membuat kesan jenaka pada karyanya. Dan menciptakan tawa bagi pembacanya.

Trik-trik yang biasa digunakan pembuat karya dalam genre ini adalah dengan menggunakan bahasa gaul atau bahasa slang dan susunan kalimat seperti ucapan sehari-hari yang terkesan ngawur dan ringan.

Meskipun begitu, bahasa-bahasa sastra juga mampu membuat kesan jenaka. Hal ini sangat bergantung pada kemampuan pembuatnya dalam menciptakan sesuatu hal yang lucu.

Contoh karya yang masuk dalam kategori genre humor adalah: Skripsick (karya Chara Perdana), My Stupid Boss (karya Chaos@work), The Freaky Teppy (karya Stephany Josephine).

9. Adventure
Seperti artinya yaitu petualangan. Genre ini berkisah tentang hal-hal petualangan. Suatu usaha yang menarik dan melibatkan risiko dan bahaya fisik, yang membentuk alur cerita utama.

Ini adalah genre yang sangat mungkin memiliki multi-genre. Terutama fantasi, romance, dan humor.

Genre adventure tidak harus mengisahkan tentang perjalanan atau pengembaraan ke tempat jauh. Bisa saja cerita yang memiliki sebuah peristiwa yang mampu mengubah sesuatu, baik itu diri sendiri atau orang lain.

Petualangan dapat berupa kejadian atau peristiwa penting yang terjadi dalam hidup seseorang. Yang biasanya ceritanya berkisah tentang perjalanan hidup tokoh cerita dari kecil hingga pada usia tertentu.

Contoh karya yang dapat digolongkan dalam genre ini adalah: Narend: Petualangan ke Negeri Kutukan (karya Linuwih Nata Permana), Petualangan Tom Sawyer (karya Mark Twain), Lampau (karya Sandy Firly). Pulang (karya Tere Liye).

10.Misteri
Ini adalah genre yang hampir dekat dengan genre horror. Namun misteri belum tentu horror.

Tidak ada sosok misterius yang akan memunculkan rasa takut pembaca atau penonton dari karya fiksi bergenre ini. Melainkan kesan penasaran lah yang ditekankan dalam genre.

Terkadang, karya-karya fiksi bergenre horror juga mampu memunculkan kesan misterius dalam ceritanya. Namun itu hanya berupa tambahan perasaan saja bagi pembacanya.

Cerita-cerita yang berkisah tentang detektif seperti Sherlock Holmes dan komik Detektif Conan adalah salah satu contoh karya yang masuk dalam kategori genre ini.

Pembaca/penonton biasanya akan mendapatkan kejutan-kejutan tak terduga pada akhir cerita. Ini disebut Twist dalam membuat cerita.

Ada trik yang cukup kuat dalam mempertahankan misteri ceritanya. Pembuatnya menggunakan tehnik Chekov gun – red herring dalam membuatnya.

Contoh karya yang masuk dalam genre ini adalah: Sherlock Holmes: Kutukan Keluarga Baskerville (karya Sir Arthur Conan Doyle), Detective Conan (karya Gosho Aoyama), Angels and Demons (karya Dan Brown). Moonstones (karya Wilkie Collins).
Lokasi: Semarang, Semarang City, Central Java, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar